Cerita Wulan di Konawe – Sebuah Pengingat di Penghujung Tahun

Mendidik anak-anak di pelosok negeri, berinteraksi langsung dengan kebaikan tulus penduduk asli, dan berkontribusi secara nyata dalam proses persiapan para penerus bangsa, pernah menjadi mimpi saya ketika berniat mendaftar sebagai Pengajar Muda. Namun, hal ini hanya sekedar menjadi sebuah niat karena tidak mendapatkan izin orang tua, hingga akhirnya Nutrifood yang memberikan sebuah kesempatan kepada saya dan empat orang rekan lainnya untuk berkontribusi langsung bagi anak-anak Konawe.

Keraguan mendaftar sebagai relawan Nutrifood Untuk Konawe karena load pekerjaan, berujung pada kebahagiaan bisa berada di Konawe. Ya, pekerjaan saya sepenuhnya dilakukan di kantor, tidak memerlukan perjalanan dinas. Namun, tersitanya waktu dan tenaga untuk bekerja tak lantas membuat saya enggan aktif pada kegiatan kesukarelawanan . Alhamdulillah, Nutrifood mendukung karyawannya, dalam hal ini melalui kegiatan Nutrifood Volunterism sejak tahun 2014 hingga tahun ini, dengan konsep anyar Nutrifood VolunTOURism – melakukan kegiatan volunteer di berbagai daerah.

Perjalanan menuju pelosok Konawe, Asinua, sangat memakan waktu dan tenaga. Bagaimana tidak? Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 4 jam kami masih harus menempuh perjalanan darat selama 4 jam. Ditambah kondisi jalan yang kebanyakan berupa jalan tanah menanjak dan berkelok plus licin akibat hujan deras dengan jembatan-jembatan yang hanya terbuat dari kayu balok atau batang pohon sagu. Terbayang, kan? Salah sedikit saja sang driver, mungkin mobil kami bisa terjun ke jurang! Memang pembangunan jalan disini belum sebaik Jakarta. Namun, semua lelah dan takut yang kami rasakan menuju Asinua, dibayar oleh keramahan penduduknya.

Agenda kami di Asinua adalah mengajar di SDN Asinua Utama, daerah penempatan Pengajar Muda, dalam lingkup profesi, kesehatan, dan lingkungan. Saya berkesempatan mengajarkan tentang profesi saya sebagai karyawan pajak dan juga profesi beberapa teman di Jakarta, seperti PNS Komisi Pemilihan Umum, Dokter, Desainer Grafis, dan Karyawan Proyek MRT. Bukan sesuatu yang mudah dicerna anak-anak SD, tapi terlihat jelas semangat belajar anak-anak Konawe sangat tinggi. Mereka juga sangat antusias mengenal beragam profesi. Ya, kita (dengan bermacam-macam profesi) adalah mereka di masa depan dan semoga dengan segala keterbatasan di sekitarnya mereka tetap mampu meraih cita-citanya kelak. Bahkan, para guru turut antusias ketika saya dan anak-anak menonton video profesi salah seorang teman.

Hari pertama ditutup dengan Tari Molulo (Lulo) yang merupakan tarian khas suku Tolaki di sana, yang berarti persahabatan atau persaudaraan. Terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan yang terjalin selama kami berada di Asinua. Terima kasih telah menerima kami dengan tangan terbuka, semoga apa yang kami berikan mampu memberikan semangat bagi anak-anak meraih mimpinya.

Petualangan kami di Konawe belum usai, karena di hari kedua kami pergi ke Onembute untuk melakukan edukasi kesehatan dan lingkungan, bersama Pencerah Nusantara. Meski fokus ibu-ibu sempat terpecah karena bersamaan dengan jadwal Posyandu, namun akhirnya ibu-ibu yang hadir menunjukkan antusiasme mereka yang banyak bertanya tentang bahaya merokok, pengolahan sampah, penjernihan air bersih, dan lainnya. Hari kedua diakhiri dengan senam bersama dan cek gula darah di Desa Mata Iwoi, yang merupakan kampung transmigran Jawa tahun 80-an.

Banyak hal berharga selama empat hari berada di Konawe, yaitu tentang persaudaraan, tentang kehidupan bertetangga, tentang gotong-royong masyarakatnya, tentang keramahan penduduknya, tentang keasrian alamnya, dan semangat belajar anak-anak. Kita, yang mengaku manusia modern di tengah segala kemilau ibu kota, terkadang hanya mengutamakan ego pribadi. Segala kemudahan yang kita dapatkan di ibu kota mampu membuat kita acuh tak acuh dan terlalu memilih kawan, entah karena tidak sependapat akan suatu hal atau mudah terprovokasi berita yang belum jelas kebenarannya. Sedangkan, di Asinua, yang masih belum terjangkau sinyal telekomunikasi, mereka tidak risau membuka social media yang terkadang banyak berisi hal-hal bersifat provokatif atau kurang mendidik. Mereka juga tidak risau mencari pengakuan dari orang lain di dunia maya.

Disana, setiap orang menyapa satu sama lain dan saling membantu yang kesulitan setiap berpapasan di jalan. Mampukah kita temukan di ibu kota? Sangat jarang rasanya karena sering saya temui malah berpaling muka atau mengharapkan imbalan bahkan senyum pun sangat mahal rasanya.

Disana, mereka berkumpul pada satu rumah tetangga untuk menonton televisi bersama sambil mengobrol sebagai bentuk interaksi layaknya suasana zaman dahulu, di tengah keterbatasan energi listrik. Mampukah kita temukan di ibu kota? Hampir tidak ada rasanya, karena kebanyakan dari kita yang katanya sibuk bekerja siang malam, terlalu enggan berinteraksi dengan tetangga atau malah berlomba-lomba menunjukkan kemampuan ekonominya.

Disana, anak-anak tetap pergi sekolah meski jalan sulit dilalui akibat hujan deras. Sedangkan di kota besar, masih ada anak-anak yang bermalasan karena mengandalkan kemampuan ‘super’ orang tuanya.

Salut pada Pengajar Muda dan Pencerah Nusantara yang rela meninggalkan segala kemudahan dan kenyamanan kota untuk berkontribusi secara nyata di pelosok negeri!

Terima kasih Nutrifood atas kesempatan berharga yang diberikan kepada kami, pengalaman ini sekaligus menjadi pengingat bagi kami di penghujung tahun. Sebuah pengingat untuk selalu bersyukur atas banyak hal yang mungkin tidak bisa mereka rasakan. Sebuah pengingat untuk selalu bekerja keras di tengah segala kesulitan yang dihadapi. Sebuah pengingat untuk setidaknya meluangkan waktu melakukan kegiatan positif bagi sekitar, meski hanya sedikit. Karena hidup bukan hanya tentang bekerja dan memperoleh penghasilan setiap bulannya, tetapi juga tentang memberikan manfaat sebagai bentuk timbal balik, salah satunya melalui kegiatan sukarelawan. Percayalah ada kebahagiaan yang tercipta dari senyum mereka, untuk para sukarelawan!

Semoga di tahun-tahun mendatang, akan ada lebih banyak orang yang peduli dan mau berkontribusi melalui kegiatan sukarelawan (volunteer).

Hapsari Wulandari- Tax Bookkeeper